Pengertian, fungsi, dan cara
merawat dan terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang
yang ber
simbiosis
dengan sejenis tumbuhan
alga
yang disebut
zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum
Cnidaria
kelas Anthozoa yang memiliki
tentakel.
Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi
dan
Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut
Polip. Dalam
bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi
oleh
Tentakel.
Namun pada kebanyakan
Spesies,
satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO
3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai
spesies
tumbuhan laut, hewan laut, dan
mikroorganisme
laut lainnya yang belum diketahui.
Istilah
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan
kepada struktur fisik beserta
ekosistem
yang menyertainya yang secara aktif membentuk
sedimentasi kalsium karbonat
akibat aktivitas
biologi
(biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan
laut.
Bagi
ahli
geologi,
terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat)
di dalam laut, atau disebut singkat dengan
terumbu.
Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan
didominasi oleh komunitas
koral.
Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah
koral,
sekelompok
hewan dari
ordo Scleractinia
yang menghasilkan
kapur
sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut,
yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur
tersebut.
Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang
maupun dari
alga. Secara
fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan
oleh karang.
[5]
Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan
koral.
[5]
Kerangka karang mengalami
erosi
dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya
matahari
kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat
hidup jauh di dalam
laut
dan tidak memerlukan
cahaya,
namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama
suhu,
salinitas,
sedimentasi,
Eutrofikasi
dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan
perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis
di tahun
1998 telah
menyebabkan pemutihan karang (
coral bleaching) yang diikuti dengan
kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata
suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu
normal.
Kondisi optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang
membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat
sekitar di atas 20
oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada
lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh
pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan
fotosintesis.
Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu
karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan
fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-
oksigen
hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut
lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut
yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien
(oligotrofik).
Fotosintesis
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi
kalsium karbonat
dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang
reaksi kimia
sebagai berikut
Ca(HCO
3) CaCO
3 + H
2CO
3 H
2O
+ CO
2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu
menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10
kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (
ahermatipik)
dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
Di Indonesia dan Indo Pasifik
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya
pesisir dan
laut,
disamping
hutan
mangrove dan
padang
lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya
merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa
Indonesia
yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di
perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km
2, yang tersebar luas
dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia. Contohnya
adalah ekosistem terumbu karang di perairan Maluku dan Nusa Tenggara.
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia dan
merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman
biota
perairan dibanding dengan negara-negara
Asia Tenggara
lainnya.
Bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies
karang,
ikan, dan
moluska
terdapat pada regional Indo-Pasifik yang terbentang mulai dari
Indonesia
sampai ke
Polinesia
dan
Australia
lalu ke bagian barat yaitu
Samudera
Pasifik sampai
Afrika
Timur.
Manfaat
karang sebagai tempat hidup ikan
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam,
baik secara ekologi maupun
ekonomi.
Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat
diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
manusia
adalah
- sebagai
tempat hidup ikan yang
banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan
baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
- pariwisata, wisata bahari melihat
keindahan bentuk dan warnanya.
- penelitian
dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai
penahan
abrasi
pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber
keanekaragaman hayati.
Klasifikasi
Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur
Karang hermatipik
Karang
hermatifik
adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan
terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah
tropis.
Karang hermatipik ber
simbiosis mutualisme dengan
zooxanthellae, yaitu sejenis algae
uniseluler
(Dinoflagellata unisuler), seperti
Gymnodinium microadriatum, yang
terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan
Fotosintesis.
Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui
fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan
komponen inorganik berupa nitrat,
fosfat dan
karbon dioksida
untuk keperluan hidup
zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini
adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri
ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.
Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat
hewan dan
tumbuhan
sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat
Fototropik
positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup
dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan
tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang
hangat berkisar antara 25-32 °C.
Karang ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok
yang tersebar luas diseluruh
dunia.
Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh
Terumbu (reef)
Endapan masif batu kapur (
limestone), terutama kalsium karbonat
(CaCO
3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota
lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan
Mollusca.
Konstruksi
batu
kapur biogenis
yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut,
terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk
karang yang masuh hidup)di laut dangkal.
Karang (koral)
Disebut juga karang batu (
stony coral), yaitu hewan dari
Ordo Scleractinia,
yang mampu mensekresi CaCO
3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas
Anthozoa
yaitu anggota
Filum
Coelenterata
yang hanya mempunyai stadium polip.
Dalam proses pembentukan terumbu
karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting
atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun
atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal
adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.
Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang
hermatipik (
hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur.
Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda
dengan batu karang (
rock) yang merupakan batu
cadas atau
batuan
vulkanik.
Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut
penghasil kapur (CaCO
3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga
berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis
moluska,
Krustasea,
Echinodermata,
Polikhaeta,
Porifera,
dan
Tunikata
serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk
jenis-jenis
Plankton
dan jenis-jenis nekton.
Berdasarkan letak
Terumbu karang tepi
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau
fringing reefs adalah
jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir
pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di
mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai
kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut
lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah
secara vertikal.
Contoh:
Bunaken
(
Sulawesi),
Pulau Panaitan
(
Banten),
Nusa Dua (
Bali).
Terumbu karang penghalang
Secara umum, terumbu karang penghalang atau
barrier reefs
menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari
pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.52 km ke arah laut lepas
dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk
lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan
kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar
pulau sangat
besar atau
benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Contoh:
Batuan
Tengah (
Bintan,
Kepulauan Riau),
Spermonde (
Sulawesi Selatan),
Kepulauan Banggai (
Sulawesi Tengah).
Terumbu karang cincin
atolls
Terumbu karang
cincin
atau
attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan
berukuran sangat besar menyerupai pulau.
Atol banyak
ditemukan pada daerah tropis di
Samudra Atlantik.
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau
vulkanik
yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
Terumbu karang datar
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (
patch reefs),
kadang-kadang disebut juga sebagai pulau datar (
flat island). Terumbu
ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu
geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang
secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.
Contoh:
Kepulauan Seribu (
DKI
Jakarta),
Kepulauan Ujung Batu
(
Aceh)
Berdasarkan zonasi
Terumbu yang menghadap angin
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris:
Windward reef)
Windward
merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh
lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan
karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh
karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras
terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang
tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu
terdapat penutupan alga
koralin yang
cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh
gelombang
yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona
windward
diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
Terumbu yang membelakangi angin
Terumbu yang membelakangi angin (
Leeward reef) merupakan sisi yang
membelakangi arah datangnya
angin.
Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit
daripada
windward reef dan memiliki bentangan goba (
lagoon)
yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun
kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor
gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
Kerusakan terumbu karang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di
dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km
2.
Hal tersebut membuat
Indonesia
menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini,
kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat.
Terumbu
karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan
meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang
alami.
Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh
Convention
on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
(CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem
penanganannya.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang
- membuang
sampah ke laut dan
pantai yang dapat mencemari air
laut
- membawa
pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja
dapat membunuh terumbu karang
- pemborosan
air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan
dan dibuang ke laut.
- pengunaan
pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari
laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan
terbuang ke laut juga.
- Membuang
jangkar pada pesisir
pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di
bawahnya.
- terdapatnya
predator terumbu
karang, seperti sejenis siput drupella.
- penambangan
- pembangunan
pemukiman
- reklamasi pantai
- polusi
- penangkapan
ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan
Tentang Terumbu Karang
Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang
dan ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove
adalah ekosistem laut terkaya di dunia. Wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18%
terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih
dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500
jenis
ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis
udang-udangan).
Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6
milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri
diperkirakan mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.
Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia.
Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta
tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya
hanya tumbuh beberapa mm saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat
ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.
Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun hanya
sebagian yang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme
pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang.
Karang adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang
terbentuk dari kalsium karbonat (lihat gambar) yang biasa disebut polip karang.
Jutaan polip-polip ini membentuk struktur dasar dari terumbu karang.
Hewan karang hidup bersimbiosis dengan alga bersel satu yang disebut
zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat
dan kuning, yang dinyatakan sebagai
Symbiodinium microadriaticum. Alga
ini juga hidup bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti,
kima raksasa (
Tridacna spp), anemon laut dan
coelenterata
lainnya.
Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton
sebagai sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya
berasal dari proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu,
zooxanthellae memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir
transparan. Timbal baliknya, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung
bagi sang alga.
Kondisi favorit untuk pertumbuhan optimal terumbu karang
Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° –
29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut,
tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Itulah sebabnya terumbu karang banyak
ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis
yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika
Serikat dan bagian selatan Jepang.
Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya
matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan
karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih
ditemukan hingga kedalaman iebih dari 90 m.
Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di
sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat
karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.
Penyebaran Terumbu Karang
Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina,
Australia Utara dan Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14%
di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.
Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar
berada di Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Papua, Pulau
Jawa, Kepulauan Riau dan pantai Barat serta ujung barat daya Pulau Sumatera.
Fungsi Terumbu Karang
- Pelindung
ekosistem pantai
Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah
terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
- Rumah
bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya
banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan,
memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya
terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk
sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu
karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500
juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk
didalamnya 30 juta yang bergantung secara total pada terumbu karang
sebagai penhidupan.
- Sumber
obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan
bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai
bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai
manusia.
- Objek
wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan
alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20
juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
- Daerah
Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar
pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan
organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang
belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih
intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
- Mempunyai
nilai spiritual
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting,
Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung
kekayaan spiritual ini.
Kondisi terumbu karang
Namun sayangnya laporan
Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam.
Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia
telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006)
menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam
kondisi yang sangat baik.
Laporan status terumbu karang dunia yang dikeluarkan Global Coral Reef
Monitoring Network (GCRMN) menyebutkan bahwa dalam selama 2004 hingga 2008
luasan area terumbu karang semakin menurun. Dalam periode 2004 hingga 2008, 19%
luasan terumbu karang dunia telah hilang, 15% terancam hilang 10-20 tahun
kedepan dan 20% luasan terancam hilang 20-40 tahun mendatang. Di Indonesia
sendiri 34% berada dalam kondisi sangat buruk 42% agak baik sedang hanya 21%
dalam kondisi sehat dan 3 % sangat sehat
Ancaman Terhadap Terumbu Karang
Ancaman utama yang tercatat adalah: pembangunan daerah pesisir, polusi laut,
sedimentasi dan pencemaran dari darat,
overfishing (penangkapan
sumberdaya berlebih),
destruktif fishing (penangkapan ikan dengan cara
merusak), dan
pemutihan
karang (
coral bleaching ) akibat pemanasan global.
Dalam beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin
bervariasi dan juga semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas.
Kejadian gempa bumi yang melanda lautan Indonesia pada 2004 juga mengakibatkan
kerusakan pada terumbu namun tidak dapat dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan
oleh manusia. Dampak langsung dari perubahan iklim juga semakin banyak terjadi
pada banyak terumbu karang. Dari analisis diperkirakan pada 2015, sekitar 50%
populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, sebuah bahaya yang sangat besar
terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan pangan,
komersialisasi aktifitas perikanan, dan krisis ekonomi global akan berujung
pada penangkapan berlebih dan penurunan stok perikanan terutama di
negara-negara miskin.
Untuk mengatasi tantangan ini, kita semua perlu bekerja bersama. Dan
terlibat dalam konservasi bisa dimulai dari hal yang sangat mudah, dan tidak
njelimet. Mulai dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan sendiri,
bergabung dengan gerakan-gerakan sukarela, atau dengan terlibat langsung di kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan konservasi
Banyak juga sebenarnya inisiatif dan upaya-upaya yang cukup komprehensif
untuk konservasi, yang sudah dilakukan banyak pihak yang bisa menginspirasi
kita semua.
Berikut,
tips sederhana untuk bisa membantu mengkonservasi terumbu karang dengan
sederhana:
- Terapkan prinsip 3 R
(reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang adalah ekosistem
yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja
dapat memicu pemutihan
karang (coral bleaching). Mass coral bleaching dapat
diikuti oleh kematian massal terumbu karang, seperti yang terjadi di
hampir seluruh kawasan tropis 97-98, di Australia, 2002, dan di Karibia,
2006. Kejadian coral bleaching terbaru tahun 2010 melanda banyak sekali
lokasi di Indonesia (laporan
kejadian coral bleaching 2010) Jadi apapun yang dapat kita lakukan
untuk mengurangi dampak global warming, akan sangat membantu terumbu
karang.
- Buang sampah pada tempatnya.
Hewan laut sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu
gerakannya. Sampah plastik yang transparan banyak dibuktikan termakan oleh
penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu
pencernaanya. Dibanyak lokasi terumbu juga dijumpai karang dan biota laut
lainnya yang bersifat bentik, sessile (tidak dapat berpindah) yang mati
akibat tertutup lembaran-lembaran plastik. Ingat,plastik tidak hancur
dalam satu malam saja!
- Apabila Anda berlibur, pilih
dan pastikan operator/agen/tour Anda menerapkan prinsip ramah lingkungan.
- Bergabung dengan jejaring
informasi , milist-milist lingkungan, berbagi ilmu, informasi, pendapat,
dan saling berdiskusi, ajak orang lain untuk terlibat, membangun trend dan
gerakan, GAYA HIDUP yang ramah lingkungan.
- Bergabung dengan
gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan pelestarian
lingkungan. Ada berbagai kegiatan yang bisa rekan-rekan ikuti, seperti
jaringan sukarelawan survei terumbu karang (JKRI), trip-trip penelitian,
reboisasi, magang di lembaga pelestarian lingkungan dan lain-lainnya.